Cerita Pendek (CERPEN)


Kekasih Kecil Ku
 
parit2belas.com
Ayuanan kaki mengantarakan kepada kelas di pagi itu. Sebenarnya saya kurang suka menuju tempat itu, namun orang-orang ku memaksanya agar aku mampu mempelajari pelajaran dikelas guna pelajaran hidup saat nanti. Rasa malas dan bosan pasti dirasakan oleh teman-teman seatap. Bukan aku tak butuh hal itu, namun aku tak butuh alasan lain selain rasa kantuk pada keadaan yang tak ada perubahan yang kreatif dari sang pemimpi.

Soal mimpi aku hanya bercita-cita menjadi pemimpi dihadapan para pemimpi pulas atas bangku. Satu yang ingin ku buktikan, bermain dalam bercita-cita agar tidak setengang hidup yang ku alami saat aku sudah dewasa nanti, dalam benak ku kala itu. Tapi nyatanya benar juga, tegang kehidupan ku selalu ku rasakan saat melayani seorang perempuan yang bermimpi menjadi pendamping ku.

“Ah, kamu PD sekali dengan kata-kata mu itu, apa kamu gak ingat ketika dulu kamu memendam perasaan pada seorang pemimpi?” Kata si Teguh. Aku jawab dengan tegas, “bukan aku lupa dengan itu kawan, aku memang pernah membayangkan untuk dibelai oleh rasa kasih sayangnya, supaya aku semangat bermimpi dengan duduk didepan sendiri agar dapat perhatian penuh olehnya.” Ku sambil ketik rasa-rasa di buku diare milik ku semabri duduk dipaling depan agar tak terhalang oleh barisan orang menyukainya. “aku tidak akan lupa teman, tapi dikala itu aku tidak pernah merasa di sakiti.” 

Teng... teng.... teng..... teng... teng....

Alhamdulillah, sudah selesai dan kantuk ku sudah lupa pada mata ini, pergi berlari mengelilingi atap-atap rang ku. Mendekatmu agar mendapat perhatian lebih sudah ku rencanakan. Disaat malam datang, ku nyalakan lampu Ublik, terlihat buku tulis diadalam tas, ku buka-buku itu untuk mengigat lagi pelajaran, namun hanya suaramu yang yang berbaris di dalan lembar-lembar buku tanpa kulit, yang bernada kecil seperti posturmu. Emang posturmu itu yang membuat aku tertarik. Dan bukti kalau kau juga setia pada ku sekecil itu. Masih banyak waktu luang untuk mendapat perhatian mu selain dikelas, yaitu didinding tempat mu bersandar dan pengaris yang kau pegang tadi. Aku mencoba meraba bersenyum yang bersuara keras diahapan teman-teman seabad yang biasa ku lakukan agar sedikit lupa dengan bayangan mu.

Bel berbunyi menandakan sudah saatnya bersama mu lagi, ah salah lagi aku. Ternyata tanda kalau aku harus memulai bersimpu tangan agar tidak berhayal dan merayunya. “Jangan malas-malas, nanti kamu nyesal kalau sudah dewasa.” Kata Bapak Guru ku. Benar juga guru ku, kalu malas pasti akan ditingalakan oleh kekasih yang tak mau mengerti keadaan ku pagi ini hahahah.... Sisa-sisa cinta bersama mu, eh sisa-sisa waktu bersama teman menungu kepulanagan lelah ini telah usai. Aku ingin yang terahir diruang itu supaya kamu tanya kenapa tidak cepat pulang, dalam benak ku. Ternyata hanya di ajak duduk di beda bangku yang lumayan jauh dari tempat aku duduk, tapi di tempat teman ku bertunduk kebawah sambil menceritakan perasaan dia.

Langkah ku semakin lelah menyusuri persaan mu itu, berulang kali aku mencoba mendekat supaya kamu mengerti apa yang sedang ku bayagkan disaat suara mu mulai keluar, bukan pelajaran yang ku dengar dengan jelas, namun pelajaran supaya aku memahami mu saja yang aku mengerti.

Dilain waktu, buku ini saya pinjamkan agar kamu memahami cerita didalamnya ada cerita tentang kita nanti. Saya juaga tidak mengerti apa cerita didalamnya, karena saya tidak suka dengan cara novel itu bercerita kepda setiap pembacanya. Aku hanya ingin bercerita disaat kamu mengirimkan sepucuk lembar surat untuk ku yang kau sisipkan melalaui pak pos yang kita utus. Tak ada kata putus selain bernyayi sayunara ketika kamu beranajak dari bangku cita-cinta ku. Nyatanya dia tak pernah mengatakan dan mengirim surat itu sampai kapan pun selain membaca surat mu untuk orang lain. Tapi aku tidak merasa sakit dengan itu, mungkin karena kau tidak pernah beri aku harapan sedikit pun harapan untuk ku selain harapan agar supaya mencintai dengan tulus walau tak terbaca. Itu pelajaran yang selama ini yang dapat akau mengerti sampai dewasa ini.

Aku ingin kembali seperti saat itu, agar tak merasakan WA yang bercentang dua biru terus kau bilang tak dapat dibaca.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel