Makalah Pendidikan. Potensi Dasar Manusia
Sunday, March 11, 2018
POTENSI DASAR MANUSIA
A.
Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai kholifah dimuka bumi,
tetapi perlu ditanyakan apakah setiap manusia mengarti tugas mereka sebagai
kholifah dimuka bumi ini? Memang betul bayak orang belum tau tugas diri
sendrinya. Apalagi mengerti makna apa
arti dari manusia itu sendiri? Terus pertanyaannya adalah, apa yang kita
lakukan dengan kehidupan ini, kita saja tidak tau tuagas atau maknanya. Oranng
akan pergi ksuatu tempat, tapi tidak tau akan kemana arah itu yang akan dituju,
sehinga bingung apa yang saya lakukan?
Orang yang sudah mengerti saja masih terkadang lupa dengan apa
tugasnya, apalagi orang yang tidak mengerti atau paham tugas yang sebenernya.
Apalagi kita dipercya sebagai orang yang mengerti arti dan tugas manusia, karena kita berada di
jenjang pendidikan.
Oleh sebab itu, kami akan menguraikan sedikit tentang arti manusia,
walaupun tidak memahamkan arti manusia yang sebenar-benarnya dengan jelas dan
dahasa yang luwes, tetapi sedikit memberi pengantar untuk mengikutu bab yang
selanjutnya.
Lasan-alasan yang mengantar kita untuk mempelajari arti manusia
cukup jelas, prtama; manusia adalah mahluk yang memiliki kemampuan dan
kewajiban (sampai batas-batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam dari “yang
ada”. Ia memikirkan dan bertanya tentang segala hal. Maka, tiadak heran bahwa
ia cendrung secara sempontan untuk bertanya: apakah arti menjadi manusia? Kerap kali sejak usia remaja, manusia merasa
dalam drinya sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang menurut Sokrates,
telah didengarnya di bawah langit Delphi: “Kenalilah dirimu sendiri”.
Lagi pula, setiap orang bertangug jawab terhadap dirinya sendiri.
Mestipun ia tidak perlu mengenal dan mengerti segala hal, setidak-tidanya ia
harus mengenal dan mengerti dirinya
sendiri secara cukup mendalam untuk dapat mengatus sikapnya dalam hidup ini.
Tetapi, untuk dapat mengerti diri, untuk membedakan apa yang baik atau yang
buruk baginya, ia ia harus harus memperoleh pandangan yang cukup tepat tentang
apa hakikat kodrat manusia itu. Kemamuan yang dimiliki oleh sifat manusiawi itu
dan apa yang dicit-citakan? Apa yang
benar-benar dapat mngembangkan dan menyempurnakan?
Dengan berbagai pertanyaan tadi, kami akan menguraikan permasalahan
yang berkaitn dengan pertnyaan tadi, yaitu: apa pengertian dari manusia dan apa potensi dasar manusia?.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian Mansia
Mengerjakan
suatu filsafat tentang manusia merupakan suatu
tugas yang sangat berat, yang
bias tak berguna atau bahkan tak
mungkin pada zaman kita ini.
Memang
kini semakin banyak bermunculan ilmu-ilmu tertentu yang masing-masin yang
mengangap manusia dari suatu sudut pan dang yang khusus: asal-usulnya, corak be
ntunya, tindak tanduknya, prestasi-prestasinya terhadap lingkungan
sekelilingnya, penyakit-penyakit dan keanahan-keanahannya, dan dan lain-lain,
misalnya biologi, embriologi, psikologi, sosiologi, antropologi, etnologi, dan
se bagainya. Di samping semua disiplin ilmu yang beraneka ini, kita juga
memiliki sejarah, seni dan sastra, sandiwara dan sinema, belum lagi teologi,
untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan kita tentang manusia, dapatkah filsafat
kita kini mengajarkan kita sesuatu yang asli dan berharga mengenai manusia itu?
Lagi
pula, apa yang telah dikatakan oleh para silsuf hinga kini tentang manusia
tidak tampak menimbulkan keraguan-keraguan. Mereka memang telah menyajikan berbagai
konsepsi tentang manusia yang tampaknya saling bertentangan. Bagi Plato dan
plotinos, misalya, manusia itu adalah mahluk ilahi. Bagi Epikuros dan
Lukretius, sebaiknya, manusia adalah suatu mahluk yang berumur pendek, lahir
karena kebetulan, dan ahirnya sama sekali akan lenyap. Menurut Descartes,
kebebasan manusia mirip dengan tuhan, padahal Voltaire yakin bahwa manusia itu
tidak berbeda secara esensial dengan binatang-binatang yang paling tinggi.
Hobbes, yang memang hidup dalam pergolakan zaman, berpendapat bahwa manusia itu
dalam daya geraknya bersifat agresif da
jahat, sedangkan Rousseau mengangapnya sebagai baik dalam kodratnya. Pada abad
kita ini, para pemikir seperti Buber, Marcel, levinas, dan mounier menegaskan
dengan kuat bahwa setiap orang merupakan suatu nilai unik, se dangkan para ahli
piker lainnya mengajar kita bahwa
manusia itu adalah suatu mahluk
yang tidak berate atau suatu “keinginan” yang sia-sia.[1]
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan
oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien,
Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah
dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun
tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara
rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah
bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera,
konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan
ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep
biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan
sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan
harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan
paling mulia.
Ada
juga yang mengatakan bahwa manusia adalah;
a.
Manusia adalah makhluk utama, yaitu
diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas
dan hakikat hakikat yang mulia.
b.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah
kekuatannya yangg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti
bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang
bebas – kepadanya dunia alam –world of nature.
c.
Manusia adalah makhluk yang sadar.
Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui
daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa
masing-masing realita dan peristiwa.
d.
Manusia adalah satu-satuna makhluk
hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
e.
Manusia adalah makhluk kreatif.
f.
Manusia adalah makhluk idealis,
pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yang ada,
tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah
faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan
kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada. Sehinga ia
mencari kehidupan rohani juga.
g.
Manusia adalah makhluk moral.
h.
Manusia adalah makhluk utama dalam
dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan
atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki
kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih
dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alam
i.
Qur’an memandang manusia sebagai
makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada
takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas
bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk
tunduk atau menentang takdir Allah.[2]
2.
Potensi Dasar Manusia
a.
Potensi Fitrah
Diantara aspek pentig untuk mengenal essensi dan eksistensi
kehidupan manusia maka fitrah merupakan aspek utama. Arti fitrah yang mempunyai
peran tersendiri memiliki kesan sangat vital untuk dijadikan dasar mengenal
manusia. Fitrah adalah suatu tatanan nilai yang ada pada diri manusia bersifat orisional dan
alamiah, ia hadir bersama hadirnya jasmaniah
dan rohaniah diri manusia itu sendiri.
Pengenalan terhadap fitrah manusia diawali dengan mengetahui konsep
kelahiran manusia baik dari unsure lahiriah maupun batiniah. Dalam hal ini
dapat dibatasi bahwa setruktur unsure batiniah itu memiliki perangkat kemampuan
dasar dan inilah yanh disebut dengan fitrah. Fitroh dalam bahasa psikologi
disebut juga dengan pontensialitas atau diposisi dalam aliran pesikologi
behaviorisme adalah propotence reflexes (kemampuan dasr yang secara otomatis
dapat dikembangkan).
b.
Potensi Berfikir
Secara sistematis pendapat ahli menyatakan bahwa berfikir dapat
dikelompokkan dalam dua eksistensi yakni:
1)
Bahwa berfikir itu adalah aktivitas, jadi subyek yang berfikir
aktif.
2)
Bahwa berfikir itu bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan
bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh dua hal itu: berfikir itu
mengunakan abstraksi atau ideal.
Dalam prosesnya maka berfikir itu mempunyai tahapan-tahapan secara
sistematik sebagai suatu rangkaian kesatuan antara kesatuan berfikir sampai membuat hasil berfikir yang disebut
dengan pikiran. Proses berfikir tersebut menurut banyak ahli ada tiga tahapan,
yaitu: pembentukan pengartian, pembentukan pendapat, dan pembentukan keputusan.
c.
Potensi merasa
Merasa adalah aktualisasi kerja dari hati sebagai materi dalam
srtuktur tubuh manusia, dan merasa sebagai aktifitas kejiwaan ini adalah suatu
pernyataan jiwa yan bersifat subyektif.
Hal ini dilakkan dalam mengemukakan suatu kesan senag atau tidak senang, dan
umumnya tidak trgantung pada pengamatan yang dilakukakan oleh indra.
d.
Potensi merasa
Merasa adalah suatu aktifitas jiwa sebagai aktualisasi dari adanya
sespon pada sebuah obyek yang ada disekeliling individu. Mersa yang membuahkan
perasaan ini dapat diklarifikasi pada dua bagian utama yakni perasaan jasmaniah
dan perasaan rohaniah.[3]
C.
Kesimpulan
1.
Manusia
adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali
ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang
lainnya. Dan dengan adanya
ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia
menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai
khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan
segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
2.
Potensi
dasar manusia adalah; potensi fitrah, potensi berpikir, potensi mersa, dan potensi merasa.
D.
Refrensi
Ø Louis Leahy.sipakah
manusia, kanisius yogyakarta. 2001
Ø cholijah hasan.
Dimensi-dimensi pesikologi pendidikan al-ihlas Surabaya 1997
Ø http;//www./http/.manusia.pengertian/.com.doc jumat 08/10/2011