Makalah Pendidikan. Potensi Dasar Manusia



POTENSI DASAR MANUSIA

A.    Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai kholifah dimuka bumi, tetapi perlu ditanyakan apakah setiap manusia mengarti tugas mereka sebagai kholifah dimuka bumi ini? Memang betul bayak orang belum tau tugas diri sendrinya.  Apalagi mengerti makna apa arti dari manusia itu sendiri? Terus pertanyaannya adalah, apa yang kita lakukan dengan kehidupan ini, kita saja tidak tau tuagas atau maknanya. Oranng akan pergi ksuatu tempat, tapi tidak tau akan kemana arah itu yang akan dituju, sehinga bingung apa yang saya lakukan?
Orang yang sudah mengerti saja masih terkadang lupa dengan apa tugasnya, apalagi orang yang tidak mengerti atau paham tugas yang sebenernya. Apalagi kita dipercya sebagai orang yang mengerti arti  dan tugas manusia, karena kita berada di jenjang pendidikan.
Oleh sebab itu, kami akan menguraikan sedikit tentang arti manusia, walaupun tidak memahamkan arti manusia yang sebenar-benarnya dengan jelas dan dahasa yang luwes, tetapi sedikit memberi pengantar untuk mengikutu bab yang selanjutnya.
Lasan-alasan yang mengantar kita untuk mempelajari arti manusia cukup jelas, prtama; manusia adalah mahluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai batas-batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam dari “yang ada”. Ia memikirkan dan bertanya tentang segala hal. Maka, tiadak heran bahwa ia cendrung secara sempontan untuk bertanya: apakah arti menjadi manusia?  Kerap kali sejak usia remaja, manusia merasa dalam drinya sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang menurut Sokrates, telah didengarnya di bawah langit Delphi: “Kenalilah dirimu sendiri”.
Lagi pula, setiap orang bertangug jawab terhadap dirinya sendiri. Mestipun ia tidak perlu mengenal dan mengerti segala hal, setidak-tidanya ia harus mengenal dan  mengerti dirinya sendiri secara cukup mendalam untuk dapat mengatus sikapnya dalam hidup ini. Tetapi, untuk dapat mengerti diri, untuk membedakan apa yang baik atau yang buruk baginya, ia ia harus harus memperoleh pandangan yang cukup tepat tentang apa hakikat kodrat manusia itu. Kemamuan yang dimiliki oleh sifat manusiawi itu dan apa  yang dicit-citakan? Apa yang benar-benar dapat mngembangkan dan menyempurnakan?
Dengan berbagai pertanyaan tadi, kami akan menguraikan permasalahan yang berkaitn dengan pertnyaan tadi, yaitu: apa pengertian  dari manusia dan apa potensi dasar manusia?.

B.      Pembahasan
1.      Pengertian Mansia
Mengerjakan suatu filsafat tentang manusia merupakan suatu  tugas yang sangat berat,  yang bias tak berguna atau  bahkan tak mungkin  pada zaman kita ini.
Memang kini semakin banyak bermunculan ilmu-ilmu tertentu yang masing-masin yang mengangap manusia dari suatu sudut pan dang yang khusus: asal-usulnya, corak be ntunya, tindak tanduknya, prestasi-prestasinya terhadap lingkungan sekelilingnya, penyakit-penyakit dan keanahan-keanahannya, dan dan lain-lain, misalnya biologi, embriologi, psikologi, sosiologi, antropologi, etnologi, dan se bagainya. Di samping semua disiplin ilmu yang beraneka ini, kita juga memiliki sejarah, seni dan sastra, sandiwara dan sinema, belum lagi teologi, untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan kita tentang manusia, dapatkah filsafat kita kini mengajarkan kita sesuatu yang asli dan berharga mengenai manusia itu?
Lagi pula, apa yang telah dikatakan oleh para silsuf hinga kini tentang manusia tidak tampak menimbulkan keraguan-keraguan. Mereka memang telah menyajikan berbagai konsepsi tentang manusia yang tampaknya saling bertentangan. Bagi Plato dan plotinos, misalya, manusia itu adalah mahluk ilahi. Bagi Epikuros dan Lukretius, sebaiknya, manusia adalah suatu mahluk yang berumur pendek, lahir karena kebetulan, dan ahirnya sama sekali akan lenyap. Menurut Descartes, kebebasan manusia mirip dengan tuhan, padahal Voltaire yakin bahwa manusia itu tidak berbeda secara esensial dengan binatang-binatang yang paling tinggi. Hobbes, yang memang hidup dalam pergolakan zaman, berpendapat bahwa manusia itu dalam daya geraknya bersifat agresif  da jahat, sedangkan Rousseau mengangapnya sebagai baik dalam kodratnya. Pada abad kita ini, para pemikir seperti Buber, Marcel, levinas, dan mounier menegaskan dengan kuat bahwa setiap orang merupakan suatu nilai unik, se dangkan para ahli piker lainnya mengajar kita bahwa  manusia itu adalah suatu  mahluk yang tidak berate atau suatu “keinginan” yang sia-sia.[1]
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Ada juga yang mengatakan bahwa manusia adalah;
a.         Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yang mulia.
b.        Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yangg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas – kepadanya dunia alam –world of nature.
c.         Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa.
d.        Manusia adalah satu-satuna makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
e.         Manusia adalah makhluk kreatif.
f.         Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada. Sehinga ia mencari kehidupan rohani juga.
g.        Manusia adalah makhluk moral.
h.        Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alam
i.          Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.[2]
2.      Potensi Dasar Manusia
a.       Potensi Fitrah
Diantara aspek pentig untuk mengenal essensi dan eksistensi kehidupan manusia maka fitrah merupakan aspek utama. Arti fitrah yang mempunyai peran tersendiri memiliki kesan sangat vital untuk dijadikan dasar mengenal manusia. Fitrah adalah suatu tatanan nilai yang ada  pada diri manusia bersifat orisional dan alamiah, ia hadir  bersama hadirnya jasmaniah dan rohaniah diri manusia itu sendiri.
Pengenalan terhadap fitrah manusia diawali dengan mengetahui konsep kelahiran manusia baik dari unsure lahiriah maupun batiniah. Dalam hal ini dapat dibatasi bahwa setruktur unsure batiniah itu memiliki perangkat kemampuan dasar dan inilah yanh disebut dengan fitrah. Fitroh dalam bahasa psikologi disebut juga dengan pontensialitas atau diposisi dalam aliran pesikologi behaviorisme adalah propotence reflexes (kemampuan dasr yang secara otomatis dapat dikembangkan).
b.      Potensi Berfikir
Secara sistematis pendapat ahli menyatakan bahwa berfikir dapat dikelompokkan dalam dua eksistensi yakni:
1)   Bahwa berfikir itu adalah aktivitas, jadi subyek yang berfikir aktif.
2)   Bahwa berfikir itu bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh dua hal itu: berfikir itu mengunakan abstraksi atau ideal.
Dalam prosesnya maka berfikir itu mempunyai tahapan-tahapan secara sistematik sebagai suatu rangkaian kesatuan antara kesatuan berfikir  sampai membuat hasil berfikir yang disebut dengan pikiran. Proses berfikir tersebut menurut banyak ahli ada tiga tahapan, yaitu: pembentukan pengartian, pembentukan pendapat, dan pembentukan keputusan.
c.       Potensi merasa
Merasa adalah aktualisasi kerja dari hati sebagai materi dalam srtuktur tubuh manusia, dan merasa sebagai aktifitas kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa  yan bersifat subyektif. Hal ini dilakkan dalam mengemukakan suatu kesan senag atau tidak senang, dan umumnya tidak trgantung pada pengamatan yang dilakukakan oleh indra.
d.      Potensi  merasa
Merasa adalah suatu aktifitas jiwa sebagai aktualisasi dari adanya sespon pada sebuah obyek yang ada disekeliling individu. Mersa yang membuahkan perasaan ini dapat diklarifikasi pada dua bagian utama yakni perasaan jasmaniah dan perasaan rohaniah.[3]


C.    Kesimpulan
1.      Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya. Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
2.      Potensi dasar manusia adalah; potensi fitrah, potensi berpikir, potensi mersa, dan  potensi merasa.

D.    Refrensi
Ø  Louis Leahy.sipakah manusia, kanisius yogyakarta. 2001 
Ø  cholijah hasan. Dimensi-dimensi pesikologi pendidikan al-ihlas Surabaya 1997
Ø  http;//www./http/.manusia.pengertian/.com.doc  jumat 08/10/2011


[1] Louis Leahy.sipakah manusia, kanisius. 2001  hal 17
[2] http;//www./http/.manusia.pengertian/.com.doc  jumat 08/10/2011
[3] Prof.DR,cholijah hasan. Dimensi-dimensi pesikologi pendidikan al-ihlas Surabaya 1997 hal 35-42

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel