KOPI HITAM TANPA PARAS KECANTIKAN MU
Wednesday, March 14, 2018
Rabu,
14 Maret 2018, IKHAC. Mojokerto
BATU KECIL DI MOJOKERTO
Waktu menunjukan 00:59 suara
gremengan (jawa) berisik namun ramah, tiga manusia menghiasi dinginya suasana
perbukitan Gunung wilayah Pacet. Mata semakin berkedut untuk mengantarkan tidur
namun belum juga bisa tidur. Namun alur cerita semakin pagi semakain asik,
bercerita tantang arah kenasana kesini,
di awali dari cerita tentang ilmu kebatinan. Ada salah stu dari kita yang punya cita-cita untuk menjadi
seorang kiayai atau kepala KUA di daerahnya kelak nanti. Maka memeprsiapakan diri
untuk mencari beking dalam dirinya guna memperkuat atau istilahnya menjaga diri
ketika di posisi tersebut. Dengan ambisi cita-cita ini, menjadikan cerita
semakin seru. Apalagi dari kita ada yang ahli dalam bidang tersebut.
Arah cerita ini semakin
mengarah kepada hal yang agak berbau mistis. Alam mistis memang tidak dapat
dipisahkan dari benak kita. Karena melihat dari sejarah setiap anak yang lahir
di indonesia maka harus mengakuinya sesuatu yang berbau mistis. Penegetahuan seseorang
tentang suatu ilmu yang tidak bisa dijangkau oleh akalnya, maka orang itu pasti
tidak akan memahaminya dan tidak akan percaya. Karena orang tersebut beranggapan
tidak bisa diterima oleh akal. “Mistis tidak bisa dielakkan dari kita, kita
harus percaya. Seperti halnya peristiwa perjalanan Nabi ketika menerima
perintah wahyu dari Allah, karena Nabi menerima wahyu juga tidak bisa diterima
oleh akal juaga to?”. Kata seorang yang di anggap tua walu masih muda dalam
percapan malam ini. “Apabila orang tidak percaya kepda kekuatan dan hal mistik
dan tidak percaya tentang orang yang mendapatkan Zadab, maka orang itu sama
halnya tidak percaya atas wahyu yang diterima Rasull juga”.
Namun dalam cerita ini, orang
yang dianggap tua tadi mengarahkan kemana sang pemimpi tadi diinginakan. Pada
suatu hari, Sang pemimpi tadi pernah bercerita “ketika saya pulang dari pualau
wali ini, minimal saya membawa Batu” (tidak tau apa yang dimaksud dengan batu
kecil itu). Cerita semakin mendalam kearah tentang pentingnya ilmu ini, ketika
mempunyai ilmu ini maka jangan punya cita-cita untuk hanya untuk memiliki satu
bunga, bercuma saja kalu cuma memiliki bunga satu, hanya capek di cirakatnya,
mbah bilang. Semakin larut dalam cerita itu maka semakin seru juga dengan malam
semakin menjelang pagi. Karena calon pemimpin tadi juga punya cita-cita begitu.
Tidak hanya satu bunga saja.
Cerita pun berganti topik,
dengan pengalam ketika menjadi mahasiswa di daerah asalnya. Si mbah S nama
(inisial), menjadi oraganisatoris. Menjadi aktivis ketika masih mahasiswa harus
idialais walu hanya sandiwara ketika menjadi mahasiswa saja. Pendemo, pembawa
proposal, memalak senior, pencari bunga kampus dan masih banyak lagi. Orasi dan
pembuat atauran untuk kepentinagn diri dan membentengi diri untuk menjadi
manusia yang kebal dengan hukum dan aturan kampus. Menjadi manusia yang
berkuasa di kampus itu hal yang sangat membangakan disaat itu. Selain si mbah
tadi tidak membayar alias tidak mau rugi untuk keluarkan biaya, sehingga
semakin semena-mena dalam membuat kebijakan. Rambut acak-acak dan celana jean
sedikit disobek dilutut biar agak ganas atau anti dari kemapanan sudah menjadi
budaya dan menjadi kebiasaan dikampus.
Namun pangilan hati untuk tidak
menajadi manusia yang kebal dengan api Neraka Jahanam dan tidak ingin jauh dari
Surga. Kebiasaan buruk memintak-mintak uang kepada atasan sudah mulai ditingalkan.
Pengalam selain di kampus,
kebiasaan yang sudah muak dikampus dengan sistem yang bobrok katanya, maka merubah
setigma untuk menjadi pengurus masjid dimasyarakat. Berbagi kebiasaan buruk
ketika masih menjadi aktivis belum bisa hilang 100%. Banyak cerita ketika
menjadi pengurus masjid, di gemari cewek masyarakat karena azannya yang
bercengkok-cengkok dan merdu seperti azan di madinah, makah dan ada juga
seperti lagu jawa. Pada pada suatu hari dimintak bantuan oleh masyarakat untuk
datang kerumahnya mengajari orang tua belajar membaca qur’an. Di sini manisnya
ketika datang kerumah dan ketemu dengan anak yang sangat cantik dan manis, plus
sudah bekerja dan lulusan D3 kebidanan. Dalam obrolan antara penjaga masjid
dengan orang tua anak tersebut sedikit menyingung tentang anaknya dan menceritakan
perestasi anaknya maka si Penjaga masjid merasa kepedean untuk dijodohin
denganya, padahal hanya cerita. Biasalah jomblo, harap maklum, ternata baperan
juga mantan aktivis ini.
Waku terus berputar menjelang
pagi kopi yang dicangkir sudah kering diserap banyak lubang kehausan dan
kelaparan. Ditandai suara keras dari lantai atas menandakan akan dilaksanakan
rutinitas sholat malam. Mulailah orang bertiga tadi membubarkan diri untuk
menuju kasur masing-masing dan mulailah tidur.
Sekian dulu....